Dalam dunia trading, ketika orang membicarakan analisis teknikal maka yang pertama kali muncul dalam pikiran adalah grafik (chart). Para technician
biasanya memang menggunakan grafik karena memang merupakan cara yang
paling mudah untuk memvisualkan data pergerakan harga dari masa ke masa.
Kita bisa mencermati grafik untuk membantu kita dalam menentukan tren
dan menemukan pola-pola yang berpotensi mengantarkan kita dalam meraih
peluang yang luar biasa.
- Line chart
Line chart adalah grafik yang paling
sederhana yang digambarkan sebagai garis yang menghubungkan harga-harga
penutupan. Misalnya: dalam beberapa hari berturut-turut perdagangan
ditutup pada harga 100, 200, 150, 250… maka level-level harga tersebut
dihubungkan dengan garis lurus. Dengan grafik ini kita bisa melihat
pergerakan harga secara umum dalam satu periode waktu tertentu.
Contohnya adalah seperti ini:
- Bar chart
Bar chart sedikit lebih rumit daripada
line chart. Chart jenis ini memberikan informasi mengenai harga
pembukaan, penutupan, harga tertinggi dan terendah dalam satu periode
waktu tertentu. Karena memiliki informasi tersebut, chart ini juga
disebut dengan OHLC chart (Open-Hihg-Low-Close). Berikut ini adalah
bentuk dasar dari bar chart:
Ujung bawah dari chart ini adalah harga
terendah yang pernah diperdagangkan dalam periode waktu tertentu,
sedangkan ujung atasnya adalah harga tertingginya. Garis vertikalnya
mewakili range (rentang) harga dalam periode waktu tersebut. Garis
horizontal kecil yang berada di sebelah kanan adalah harga pembukaan
sedangkan yang berada di sebelah kiri merupakan harga penutupannya. Pada
contoh di atas, hara pembukaan berada lebih rendah daripada harga
penutupan. Namun harga pembukaan bisa saja berada lebih tinggi daripada
harga penutupan.
Contoh bar chart di grafik adalah sebagai berikut:
Secara sederhana bisa kita katakan bahwa
satu bar merupakan satu periode waktu, entah itu satu bulan, satu
minggu, satu hari, satu jam, atau bahkan satu menit. Tergantung pada
kerangka waktu berapa lama kita plot chart tersebut.
- Candlestick chart
Dinamakan “candlestick” karena memang
bentuknya mirip dengan lilin. Nama lengkapnya adalah “Japanese
canclestick chart”, karena konon ia berasal dari negeri Sakura. Chart
jenis ini menyediakan informasi yang sama persis dengan bar chart, hanya
saja “postur” tubuhnya lebih “seksi”.
Biasanya, body dari candlestick chart
ini berwarna putih dan hitam. Jika body-nya berwarna putih maka harga
open-nya berada di bawah, sebaliknya jika body berwarna hitam maka harga
open berada di atas. Jadi, body itu sendiri menggambarkan jarak antara
harga pembukaan dengan penutupan dalam satu periode waktu tertentu.
Candlestick yang harga open di bawah harga close biasa disebut dengan bull candle.
Dalam analisis teknikal, istilah “bullish” digunakan untuk
menggambarkan pergerakan harga yang naik. Untuk menggambarkan pergerakan
harga yang turun, digunakan istilah “bearish”, sehingga candlestick
yang memiliki harga open di atas harga close disebut bear candle. Gunakan saja “jembatan keledai” ini agar lebih gampang mengingatnya: BULL = naik, BEAR = turun.
Tapi jika Anda menganggap warna hitam dan putih ini kurang “stylish”, Anda bisa menggantinya dengan warna yang Anda sukai. Kombinasi warna lain yang sering digunakan misalnya adalah merah untuk bear candle dan biru untuk bull candle.
Ingat, Anda akan banyak menghabiskan waktu mengamati chart, sehingga
warna yang menarik bagi Anda akan membantu menghilangkan kejenuhan. J
Yang penting, Anda tahu bagaimana caa membedakan antara bull candle
dengan bear candle.
Coba lihat contoh candlestick berikut ini:
Bagaimana, lebih menarik bukan? Atau
Anda punya pilihan warna lain? Silakan ekspresikan “warna” Anda. Banyak
trader lebih suka menggunakan chart jenis ini karena lebih membantu
secara visual untuk mengenali harga open, close, high dan low daripada
bar chart.
Di bawah ini adalah contoh tampilan grafik pergerakan harga menggunakan candlestick chart:
Post a Comment